Saturday, 14 November 2015

#CeritaKami Nunu Dan Cecep ft. Thiya Khalillah: GIGI SI PENJUAL BUNGA

Gigi, begitulah orang-orang memanggilnya. Gadis berusia 12 tahun itu tinggal tidak jauh dari lembah Arteri. Setiap hari, Gigi membantu ibunya berjualan bunga.

Suatu hari, Gigi membawa seikat bunga ke pasar. Dari lembah menuju pasar cukup sulit, karena harus mengikuti jalan mendaki yang terjal. Keringat bercucuran, tanpa sadar Gigi mengusap wajah menggunakan tangan yang memegang seikat bunga. Seketika kelopak-kelopak rapuhnya berhamburan dan beterbangan. Gigi terkesiap, matanya nanar menatap bunga-bunga rusak di tangannya. Terbayang wajah Ibu yang menunggu. Uang penjualan bunga sangat berarti bagi mereka, karena akan dipergunakan untuk membeli obat bagi adik Gigi yang tengah sakit.

Keraguan menyelimuti hati Gigi, ia ingin kembali tapi bagaimana kalau Ibu marah? Ia menggigit bibirnya lalu memutuskan untuk duduk di bawah pohon apel yang tengah berbuah.

"Aw!" seru Gigi tiba-tiba. Sesuatu tampak jatuh ke atas kepalanya, sambil menggosok kepalanya yang sakit, Gigi menengok ke bawah lalu ke atas, "Aha!" serunya lagi, sebuah ide melintas di pikirannya.

Gigi menengok kesana kemari, tidak ada rumah di dekat pohon apel itu, itu berarti, pohon ini tidak ada yang punya!, batin Gigi. Segera, Gigi memetik beberapa buah apel yang harganya setara dengan harga seikat bunga. Dengan senyum lebar, Gigi membawa buah-buah apel itu dengan jaketnya.

Sesampainya di pasar, buah-buah apel yang dibawa Gigi terjual habis, Gigipun membawa uangnya pulang. Namun di tengah jalan, Gigi bertemu dengan Ibunya.

"Ibu! Bunganya terjual semua!" seru Gigi.

Namun Ibu tampak tidak senang, Ibu menghampiri Gigi dan menunjukkan seikat tangkai bunga yang dibuang Gigi di bawah pohon apel.

"Katakan, apa yang kamu jual?"

Gigi ketakutan, tubuhnya gemetar, ia tidak menyangka akan seperti ini.

"A-a-apel" ujar Gigi gugup.

Ibu terkejut, amarahnya meluap, "K-kamu mencuri?"

"T-tidak. Pohon itu tak ada yang punya"

"Pohon itu milik Petani Bet!"

"Hah ?!!?"

Petani Bet datang menghampiri Ibu dan Gigi, tanpa Gigi duga, Petani Bet datang dengan wajah marah, akhirnya, Petani Bet meminta uang penjualan dari Gigi.

"Hm... cukup bagus" gumam Petani Bet lalu beralih pada pohon apel, "Aku bisa dapat keuntungan yang banyak kalau menjual apel-apel itu"

Gigi tersenyum, "Emh... Petani Bet, kulihat kau sangat sibuk di ladang gandum, jika kau ingin menjual apel-apel itu, aku bisa membantu"

Petani Bet mengangguk-angguk dan tak lama kemudian ia mengijinkan Gigi membawa apel-apelnya ke pasar. Gigi kembali dengan uang banyak, Petani Bet memuji kehandalan Gigi berdagang, iapun memberikan seperempat dari penjualan apel pada Gigi. Gigi dan Ibu pulang dengan bahagia karena mereka mendapat uang yang bisa digunakan untuk membeli obat, bahkan lebih.

No comments:

Post a Comment